Tujuan : Anak-anak mengerti bahwa penguasaan diri yang baik akan menjauhkan diri mereka dari godaan Iblis.
Super kebenaran : I WILL SAY NO TO TEMPTATION!!
Ayat Hafalan : Yakobus 1:12 (BIS)
Berbahagialah orang yang tabah pada waktu ia mengalami cobaan. Sebab sesudah ia berhasil dalam cobaan itu, ia akan menerima upahnya, yaitu kehidupan yang telah dijanjikan Allah kepada orang-orang yang mengasihi Allah.
James 1:12 (NLT)
God blesses those who patiently endure testing and temptation. Afterward they will receive the crown of life that God has promised to those who love him.
Ayat Penuntun : Matius 4:1-11 (Matthew 4:1-11)
Games
Buatlah tulisan temptation lalu tempelkan pada sebuah bola. Ajak anak-anak untuk duduk melingkar dan kemudian dimulai dengan satu anak yang memegang bola ketika musik dimulai bola temptation itu dipindahkan ke teman yang berikutnya ketika musik berhenti lalu anak yang memegang bola terakhir harus meneriakkan “SAY NO TO TEMPTATION”. Bisa dilakukan beberapa putaran kalau mau dibuat lebih seru ketika yang pegang bola kelupaan keluar dari lingkaran.
Pembuka
Siapa yang pernah tergoda untuk melakukan hal yang tidak penting (seperti nonton youtube, main games, lihat sosmed) padahal parents kita udah kasih kita perintah untuk makan, mandi, belajar atau membereskan mainan kita? Semua pasti pernah ya, bahkan saya sendiri juga pernah. (Bisa ceritakan godaan apa yang pernah anda alami)
Siapa yang pernah dengar cerita tentang 3 babi kecil? Sebelum dengar cerita firman Tuhan saya ceritakan dulu ya (secara singkat saja) tentang kisah 3 babi kecil.
Kakak beradik 3 babi kecil sudah mulai dewasa. Ibu mereka melepas kepergian mereka untuk hidup mandiri. Sebelum pergi, ibu menasehati, “Hiduplah dengan penuh hikmat. Dan berhati-hatilah, karena di luar sana ada serigala yang mengintai.”
Babi pertama membangun rumahnya dari jerami. Dia terlalu malas untuk membangun yang lebih bagus. Pikirnya, aku mau bermain-main dengan teman-temanku. Aku tidak mau menghabiskan waktuku untuk membangun sebuah rumah. Rumah jerami cukup lah untuk melindungi aku dari hujan dan panas. Bermain lebih menyenangkan.
Babi pertama hanya memerlukan satu hari untuk menyelesaikan rumahnya. Dia menyombongkan diri di depan kedua saudaranya karena mereka masih sibuk bekerja, dia sudah dapat bermain dan bersenang-senang. Babi kedua membangun rumah dari kayu. Dia menghabiskan waktu sedikit lebih lama dari Babi pertama. Pikirnya, rumah kayu sudah cukup kuat. Pasti serigala tidak dapat menerkamku.
Babi kedua lalu ikut Babi pertama bermain-main dan mengolok-olok Babi ketiga, saudaranya. Kata mereka, “Buat apa kamu bersusah payah membangun rumah dari bata? Bukankah lebih menyenangkan jika kita bermain bersama-sama?”
Babi ketiga sesaat berpikir untuk segera menyelesaikan rumahnya dengan asal-asalan karena tergoda untuk bermain-main. Tetapi dia memantapkan hatinya untuk terus bekerja karena tidak mau mati di tangan serigala. Babi ketiga membangun rumahnya dengan sungguh-sungguh menggunakan batu bata. Beberapa minggu berselang, pada saat mereka pulang dari bermain-main, mereka melihat jejak kaki serigala di tanah hutan. Segera mereka pulang ke rumah masing-masing supaya terhindar dari serangan serigala.
Sang serigala mendatangi rumah babi pertama dan menyuruhnya keluar. Babi pertama berteriak, “Pergilah kau… jangan ganggu aku!” Tetapi serigala meniup rumah jerami Babi pertama dan seketika rumah jerami itu roboh.
Babi pertama segera lari ke rumah Babi kedua dan berlindung di sana.
Sayangnya, serigala mengejar Babi pertama sampai ke rumah Babi kedua; katanya, “Hahaha… Aku akan makan kenyang hari ini. Ada dua babi yang sebentar lagi akan kusantap. Ayo keluar kau berdua! Atau kurobohkan rumah kayu ini!”
Kedua babi itu ketakutan. Mereka mengunci pintu rumah kayu itu. Serigala meniup rumah Babi kedua. Rumah itu tetap kokoh berdiri. Sadar bahwa tidak mungkin ditiup, serigala lalu menendang pintu rumah kayu itu. Sekali.. dua kali.. Tendangan ke tiga merusakkan pintu rumah Babi kedua. Tapi untungnya mereka masih bisa melarikan diri ke rumah Babi ketiga. Serigala mengejar mereka dan ketika tau bahwa ada seekor babi lagi, dia berkata, “Waahh.. aku akan kenyang sekali.. karena ada 3 babi yang sebentar lagi kusantap!” Rumah batu bata itu kuat sekali. Serigala capek meniup dan menendang. Tetapi rumah itu tetep kokoh berdiri. Akhirnya karena kelelahan, serigala meninggalkan rumah Babi ketiga.
Cerita : Tuhan Yesus dicobai
Kemudian Yesus dibimbing oleh Roh Allah ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis. Empat puluh hari empat puluh malam Yesus tidak makan. Lalu Ia merasa lapar. Iblis datang dan berkata, “Engkau Anak Allah, bukan? Nah, suruhlah batu-batu ini menjadi roti.”
Yesus menjawab, “Di dalam Alkitab tertulis: Manusia tidak dapat hidup dari roti saja, tetapi juga dari setiap perkataan yang diucapkan oleh Allah.”
Sesudah itu Iblis membawa Yesus ke Yerusalem, kota suci, dan menaruh Dia di atas puncak Rumah Tuhan. Lalu Iblis berkata kepada-Nya, “Engkau Anak Allah, bukan? Kalau begitu, terjunlah ke bawah; sebab di dalam Alkitab ada tertulis begini, ‘Allah akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya melindungi Engkau, mereka akan menyambut Engkau dengan tangan mereka, supaya kaki-Mu pun tidak tersentuh pada batu.’”
Yesus menjawab, “Tetapi di dalam Alkitab tertulis juga, ‘Jangan engkau mencobai Tuhan Allahmu.’” Kemudian Iblis membawa Yesus lagi ke gunung yang tinggi sekali dan menunjukkan kepada-Nya semua kerajaan di dunia dengan segala kekayaannya. Lalu Iblis berkata kepada Yesus, “Semua ini akan saya berikan kepada-Mu, kalau Engkau sujud menyembah saya.”
Yesus menjawab, “Pergi kau, hai Penggoda! Dalam Alkitab tertulis : Sembahlah Tuhan, Allahmu, dan layanilah Dia saja!” Akhirnya Iblis meninggalkan Yesus,dan malaikat-malaikat pun datang melayani Dia.
Ilustrasi (untuk anak kelas 1-6) – tidak harus diceritakan disesuaikan dengan kondisi
Billy Ray Harris adalah seorang pengemis dan tuna wisma yang berasal dari Amerika Serikat. Pada suatu hari ada seorang wanita yang memberikan uang koin padanya. Sarah Darling, nama wanita itu, ternyata secara tak sengaja juga menjatuhkan sebuah cincin berlian yang berada di dalam dompetnya ke dalam gelas sumbangan Harris.
Keesokan harinya Darling baru menyadari bahwa cincinnya hilang dan berusaha untuk mencarinya, ia kemudian teringat kepada Harris dan berusaha untuk menanyakan cincin itu padanya. Dengan jujur Harris mengatakan bahwa cincin itu memang ada padanya dan Harris sengaja menunggu Darling datang selama beberapa hari ini untuk mengembalikan cincin itu.
Darling dan suaminya yang merasa terkesan akan kejujuran Harris lalu membuat sebuah situs online yang menceritakan kejujuran Harris dan menggumpulkan dana untuk membantu kehidupan Harris. Setelah 90 hari mereka berhasil mengumpulkan sekitar 1,1 milyar rupiah untuk diberikan pada Harris. Salah seorang penyumbang berkata apa yang dilakukan Harris adalah sesuatu yang luar biasa dan hal ini menjadi bukti bahwa masih ada sisi manusiawi di dunia ini.
Bisa saja Harris tidak mengakui bahwa ada cincin di dalam gelas sumbangannya. Bisa saja dia menjualnya dan mendapatkan uang yang banyak untuk keperluan pribadinya. Tetapi Tuhan ada di dalam dia. Harris tidak jatuh ke dalam cobaan. Karena mengembalikan cincin itu kepada pemiliknya, Harris malah memperoleh uang yang lebih banyak dari harga cincin tersebut.
Penutup
Dalam setiap jenjang usia dari baby sampai dewasa bahkan sampai tua sekalipun, setiaporang pasti pernah mengalami pencobaan.
Seperti pada dua cerita kita hari ini.. Tiga babi tergoda dan harus memilih antar bermain atau membangun rumah. Demikian juga dengan Tuhan Yesus dimana Iblis berusaha menjatuhkan Tuhan Yesus ke dalam cobaan. Dua babi pertama jatuh dalam cobaan. Tetapi Babi ketiga dan Tuhan Yesus tidak. Kita harus dapat bertahan pada saat mengalami pencobaan karena sebenarnya kita mampu melewati cobaan apapun, selama kita di dalam Tuhan.
Karena itu penting buat kita semua untuk read the bible and pray to Jesus everyday supaya apa supaya kita memiliki prinsip firman Tuhan yang kuat, agar kita ga gampang jatuh ke dalam cobaan. Dan kita bisa SAY NO TO TEMPTATION. I WILL SAY NO TO TEMPTATION!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar