Week – 10 REWARD FROM GOD
Tujuan : Anak-anak belajar untuk menjadi setia, karena Tuhan adalah Tuhan yang setia dan mereka perlu tahu bahwa Tuhan pasti akan memberikan hadiah atau reward kepada mereka yang setia.
Super kebenaran : I WANT TO BE FAITHFUL TO GOD
Ayat Hafalan : Amsal 3:3 (BIS)
Hendaklah engkau tetap percaya dan setia kepada Allah dan sesamamu. Ingatlah itu dan simpanlah di dalam hatimu.
Proverbs 3:3 (NLT)
Never let loyalty and kindness leave you! Tie them around your neck as a reminder. Write them deep within your heart.
Ayat Penuntun : Ester 2:21-23; 6-7 (Ester 2:21-23; 6-7)
Games
Permainan lari estafet dengan membagi menjadi 2 tim. Permainannya adalah mengoper beberapa macam benda secara estafet. Tim yang menang adalah yang tercepat menempatkan semua benda di tempat yang dituju.
Pembuka
Siapa yang suka dapat hadiah? Semuanya ya pasti suka dapat hadiah. Biasanya kita dapat hadiah di moment apa atau waktu apa? Tentunya birthday ya karena kita bertambah usia 1 tahun kita dikasih hadiah oleh teman-teman kita, parents kita, family kita dan mungkin masih banyak lagi orang yang kasih kita hadiah. Nah, tapi ada hadiah yang berbeda maksudnya dengan hadiah waktu kita birthday, contoh nya waktu kita menang lomba kita juga dapat hadiah tapi bukan karena kita berulang tahun tapi lebih sebagai reward atas apa yang sudah kita lakukan. Waktu kita dapat reward dari orang lain entah karena lomba atau mungkin karena kita habis melakukan sesuatu yang baik lalu dikasih reward oleh parents kita tentunya kita pasti sangat happy. Nah, hari ini kita juga akan mendengarkan cerita tentang seseorang yang mendapat reward dari raja.
Cerita : Mordekhai
Pada suatu hari, ketika Mordekhai sedang bertugas di istana, dua orang pejabat khusus raja, yaitu Bigtan dan Teres, bersekongkol hendak membunuh Raja Ahasyweros, karena mereka sangat membencinya. Rencana itu ketahuan oleh Mordekhai dan ia segera menyampaikannya kepada Ester. Tanpa membuang-buang waktu, Ester menceritakan kepada raja apa yang diketahui oleh Mordekhai itu. Perkara itu diselidiki, maka nyatalah bahwa laporan itu benar. Kedua orang itu dihukum gantung. Sesuai dengan perintah raja, peristiwa itu dicatat dalam buku sejarah kerajaan.
Beberapa waktu kemudian..
Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Sebab itu ia minta diambilkan buku catatan sejarah kerajaan dan menyuruh orang membacakannya. Di dalamnya didapatinya catatan bahwa Mordekhai telah melaporkan usaha pembunuhan terhadap raja yang direncanakan oleh Bigtan dan Teres, kedua pejabat khusus yang menjaga kamar raja. Raja bertanya, "Penghormatan dan balas jasa apa yang telah diberikan kepada Mordekhai itu?" Pelayan-pelayan menjawab, "Dia tidak menerima apa-apa."
Lalu berkatalah raja, "Siapa dari pegawaiku yang ada di istana sekarang?" Kebetulan Haman baru saja masuk ke halaman istana; ia hendak minta izin kepada raja untuk menggantung Mordekhai pada tiang yang telah didirikan itu. Pelayan-pelayan itu menjawab kepada raja, "Haman ada di istana dan ia ingin menghadap Baginda." "Suruh dia masuk," kata raja. Setelah Haman masuk, raja berkata kepadanya, "Ada orang yang hendak kuberi penghormatan besar. Apakah yang akan kuperbuat untuknya?" Pikir Haman, "Siapa lagi yang akan diberi penghormatan begitu besar oleh raja? Pasti aku!"
Sebab itu ia menjawab, "Hendaknya orang itu diambilkan pakaian kebesaran yang biasanya dipakai oleh Baginda sendiri. Lalu kuda Baginda dihias dengan lambang-lambang kerajaan.Seorang pembesar negara dari golongan bangsawan harus mengenakan pakaian itu kepada orang yang hendak Baginda hormati itu, lalu mengarak orang itu dengan mengendarai kuda Baginda melalui lapangan kota. Pembesar itu akan berjalan di depannya sambil berseru-seru, 'Beginilah raja memberikan penghargaan kepada orang yang dihormatinya!'"
Lalu berkatalah raja kepada Haman, "Cepat, ambillah pakaian dan kuda itu dan berikanlah segala penghormatan itu kepada Mordekhai, orang Yahudi itu. Perbuatlah seperti yang kaukatakan tadi, tanpa mengurangi satu pun. Dia dapat kaujumpai sedang duduk di depan pintu gerbang istana." Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu dan mengenakan pakaian itu kepada Mordekhai. Setelah Mordekhai menaiki kuda itu, Haman mengaraknya melalui lapangan kota, sambil berseru-seru, "Lihat, beginilah raja memberi penghargaan kepada orang yang dihormatinya!" Setelah itu Mordekhai kembali ke pintu gerbang istana. Tetapi Haman buru-buru pulang. Ia tak mau dilihat orang karena ia malu sekali, maka diselubunginya mukanya. Kepada istri dan semua temannya ia menceritakan apa yang telah dialaminya. Kemudian istrinya dan teman-temannya yang bijaksana itu berkata kepadanya, "Engkau mulai kalah kuat dengan Mordekhai. Dia orang Yahudi dan engkau tidak akan dapat melawannya. Dia pasti akan mengalahkan engkau."
Sementara mereka masih berbicara dengan Haman, para pejabat istana datang dengan tergesa-gesa hendak mengantarkan Haman ke perjamuan yang diadakan Ester. Maka untuk kedua kalinya raja dan Haman makan minum bersama-sama dengan Ester. Sambil minum anggur, raja bertanya lagi kepada Ester, "Nah, Permaisuriku, apa yang kauinginkan? Katakanlah! Pasti akan kuberikan meskipun kauminta setengah dari kerajaanku." Jawab Ratu Ester, "Kalau Baginda berkenan, hamba mohon supaya hamba dan bangsa hamba boleh hidup. Sebab hamba dan bangsa hamba telah dijual untuk dibunuh. Andaikata kami hanya dijual untuk dijadikan budak, hamba akan berdiam diri dan tidak mengganggu Baginda. Tetapi kini kami akan dibinasakan dan dimusnahkan!" Lalu bertanyalah Raja Ahasyweros kepada Ratu Ester, "Siapa yang berani berbuat begitu? Di mana orangnya?" Ester menjawab, "Haman yang jahat inilah musuh dan penganiaya kami!" Dengan sangat ketakutan Haman memandang raja dan ratu.
Raja marah sekali, lalu bangkit meninggalkan meja dan langsung ke luar, ke taman istana. Haman tahu bahwa raja telah mengambil keputusan untuk menghukumnya, sebab itu ia tetap tinggal dengan Ratu Ester untuk memohon supaya diselamatkan. Dengan putus asa Haman menjatuhkan dirinya ke atas dipan Ester untuk mohon ampun, tetapi tepat pada saat itu juga raja kembali dari taman istana. Melihat Haman begitu, raja berseru, "Apa? Masih juga ia berani memperkosa ratu di sini, di hadapanku dan di istanaku sendiri?" Segera setelah kata-kata itu diucapkan raja, para pejabat datang dan menyelubungi kepala Haman. Lalu kata Harbona, seorang dari pejabat-pejabat itu, "Baginda, di dekat rumah Haman ada tiang gantungan setinggi dua puluh dua meter. Haman telah mendirikannya untuk menggantung Mordekhai, orang yang telah menyelamatkan nyawa Baginda." Lalu perintah raja, "Gantunglah Haman pada tiang itu!" Demikianlah Haman digantung pada tiang yang telah didirikannya untuk Mordekhai. Baru setelah itu redalah murka raja.
Penutup
Karena Mordekhai setia kepada Tuhan, dan juga kepada raja Mordekhai dengan berani menceritakan sebuah rencana buruk terhadap raja, sampai akhirnya Tuhan membuat raja tersebut ga bisa tidur dan kemudian memberikan reward yang sangat luar biasa untuk Mordekhai dan membuat musuh Mordekhai, yaitu Haman menjadi sangat iri. Dan the end of the story akhirnya Haman dihukum oleh raja.
Ilustrasi cerita tentang anjing Hachiko :
Melansir laman Pet Helpful, Minggu (14/1/2018), kisah Hachiko bermula di 1924. Anjing ini sendiri sebenarnya lahir pada 1923 di Akita. Namun setahun setelahnya seorang profesor di Departemen Pertanian University of Tokyo, Hidesaburo Ueno membawanya ke Tokyo. Sejak menjadi hewan peliharaan profesor tersebut, banyak kebiasaan yang sering dilakukan. Salah satunya adalah menunggu di Stasiun Shibuya.
Pada pagi hari, Hachiko akan menemani Profesor Hidesaburo pergi ke stasiun kereta untuk melihat pemiliknya berangkat kerja. Setelah itu di malam harinya, anjing tersebut akan kembali ke stasiun untuk menyambut sang empunya pulang kerja. Kebiasaan ini terus berjalan selama 1 tahun 4 bulan. Hingga pada suatu hari, kebiasaan ini menjadi berbeda.
Profesor Hidesaburo tidak lagi kembali ke rumah dan Hachiko terus menunggu berharap pemiliknya akan tiba. Kesetiaannya membuat anjing itu tetap mengunjungi stasiun untuk menyambut pemiliknya dan kembali lagi ke rumah bila sudah semakin larut. Lama-kelamaan ia menyadari sang pemilik tidak lagi tinggal di rumah dan akhirnya memutuskan untuk menunggu di stasiun. Hachiko terus berada di sana hingga berbulan-bulan dan bahkan hingga 10 tahun lamanya. Ia berharap bisa bertemu dengan pemilik yang disayanginya. Melihat anjing yang terus menunggu membuat beberapa orang dan pihak stasiun merasa iba. Mereka kemudian memberinya makan dan minum.
Sayangnya Hachiko tidak kunjung bertemu dengan pemiliknya. Di hari ketika Profesor Hidesaburo tidak pulang ke rumah, ternyata profesor meninggal karena pendarahan otak saat sedang mengajar di universitas. Hal ini tentunya tidak diketahui oleh Hachiko karena ia tidak mengerti. Hingga akhir hayatnya, anjing itu tetap menunggu di stasiun. Pada 8 Maret 1935, Hachiko ditemukan sudah tidak bernyawa.
Kisah kesetiaan Hachiko terhadap Profesor Hidesaburo mulai terkenal karena salah seorang mantan mahasiswa profesor menuliskannya dalam sebuah artikel di surat kabar nasional di 1932. Hal itulah yang membuat banyak orang turut bersedih saat Hachiko tiada. Untuk mengenang kesetiaan anjing tersebut, dibuatlah sebuah patung dan diletakkan di dekat Stasiun Shibuya. Sejumlah turis menyempatkan waktu untuk berfoto di patung itu. Bahkan kisah ini pun dijadikan sebuah film Hollywood berjudul Hachi : A Dog's Tale pada 2009.
Kalau manusia aja begitu kagum ya dengan kesetiaan seorang anjing. Apalagi kita manusia yang sangat disayangi oleh Tuhan kalau dari saat kita kecil sekarang ini kita udah bisa belajar untuk setia kepada Tuhan bayangkan betapa Tuhan akan sangat senang dan memang bukan tujuan utama nya tapi kita juga perlu tau bahwa ketika kita setia akan ada reward yang tidak bisa kita bayangkan dari Tuhan yang sangat menyayangi kita.
I WANT TO BE FAITHFUL TO GOD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar